Monolog MASA

MASA: Media Sastra

Media Sastra atau MASA merupakan kumpulan karya sastra berupa puisi atau monolog yang dihasilkan oleh para pengurus HIMASIERA ataupun mahasiswa SKPM secara umum. Selain ditampilkan dalam bentuk teks karya, MASA juga dikemas dengan memperhatikan estetika dari aspek audio dan visual dalam bentuk video singkat.

Keindahan sebuah kata yang dikemas dalam panggung perasaan berupa karya monolog, dengan sangat bangga kami persembahkan kumpulan karya-karya monolog yang dibuat pada Media Sastra (MASA) yang menggambarkan perjalanan di dunia pendidikan dimana kegelisahan dan tantangan menjadi cermin arah kemana pendidikan itu akan bermuara. Mari bersama-sama kita jelajahi perasaan gelisah ini dengan mata dan hati yang terbuka, dengarkan setiap kata yang membumbung sebuah harapan menuju masa depan yang cerah dan semoga karya-karya ini menjadi jembatan yang membawa perubahan sesuai keinginan kita dalam sebuah dunia pendidikan.

Monolog

Tanpa Ibu di Hari Bahagiaku
Karya: MHD. Surya Ramadhan (SKPM 59)
Di keheningan malam, ketika bayangan kesepian merajut benang kelabu di langit hatiku, aku, seorang siswa yang melangkah di lorong-lorong perguruan tinggi, menemukan diriku terhanyut dalam beban tugas kuliah yang tak kenal lelah. Pekikan deadline dan tangisan buku-buku tebal yang mengintai setiap sudut kamar, menjadi teman setia di malam-malam kelam.
Ponselku, yang semula adalah jembatan suara antara kami, kini menjadi penjara tak terlihat yang memisahkan ibu dan anak. Terkadang, aku menolak teleponnya, merasa beban dunia ini lebih besar daripada suara lembutnya yang memanggil namaku.
“Dek, sudah makan?”
“Dek, kamu yang rajin ya kuliahnya, di sini ibu bapak bekerja keras untukmu.”
Dan, seperti angin yang membawa kabar buruk, datanglah berita bahwa ibuku telah pergi selamanya.
Airmataku, yang seharusnya menjadi pelipur lara, kini hanya menambah beban hati yang terhimpit. Kesedihan merambat dalam setiap waktu, mengingatkanku akan momen-momen dimana aku lebih memilih tugas kuliah dan persiapan karir ku daripada mendengar cerita-cerita ibuku. Bagai bunga yang layu di kebun kenangan, aku merenungi kehilangan yang mendalam.
Perguruan tinggi telah memberiku bekal ilmu, tetapi ia juga merampasku dari satu-satunya wanita yang mengajarkan arti cinta tanpa syarat. Di ruang kekosongan ini, aku menyadari bahwa tidak ada prestasi akademis yang dapat menggantikan kehangatan pelukan ibuku. Aku lulus dari perguruan tinggi dengan gelar di tangan, tetapi di hatiku, aku merasa hampa tanpa kehadiran seorang ibu,
…di hari wisudaku.
Meliora: Menembus Kegelisahan, Menyalakan Cahaya Harapan
Karya: Adinda Putri Avrora Munthe (SKPM 59)
Mahasiswa adalah tunas-tunas harapan bangsa. Lantas mengapa, kecemasan menghantui hati mereka? Mataku menyapu bersih pandangan di sekelilingku. Dunia dimana ambisi bermuara. Muda mudi menyuarakan mimpi dan cita-cita, tentang masa depan gemilang yang mereka bayangkan. Tapi, di balik keceriaan itu, tergenang bayang-bayang kecemasan yang tak terungkapkan.
Kegelisahan tentang masa depan yang tak pasti. Beban akademik, tuntutan sosial yang tinggi dan tekanan finansial yang mencekik, bagai jangkar yang memberatkan jiwa. Di antara hiruk pikuk kesuksesan, aku hanyalah bayangan samar, tak mampu menyaingi gemerlapnya cahaya para pemenang.
Beranjak dewasa menyadarkan kita bahwa perjalanan ini tidaklah mudah. Penuh rintangan dan hambatan yang menilik tajam mencari cela. Tapi hidup bukan soal kemana angin berhembus melainkan kemana kita mengarahkan layar kita. Bukan soal apa yang terjadi, tapi bagaimana kita menanggapi dan mensyukuri apa yang kita punya. Kita adalah nahkoda yang menulis kisah kita sendiri.
Syukuri masa lalu, perjuangkan masa kini, dan songsonglah hari esok. Karena kita tidak sendiri. Mimpi yang kita dambakan, berisi harapan orang-orang yang kita sayangi. Di tiap langkah kita ada doa dari orang tua, rekan, dan sahabat. Berjuanglah untuk dirimu, berjuanglah untuk mereka. Dan jadilah lentera bangsa yang bercahaya dengan caranya sendiri, dimanapun mereka berada.
Jiwa Muda Hadapi Ketakutan Fatamorgana
Karya: Aisyah Pinctada Putri (SKPM 59)
Menatap masa depan dengan rintangan yang rasanya terkesan melewati nalar. Apakah hanya sekedar fatamorgana? Rintangan terasa mencekik, tak ada cahaya yang mampu memberi arah akhir yang bahagia. Rasa putus asa memadamkan rasa semangat yang pernah berkobar di masanya. Rasa takut yang menghantui setiap langkah. Bertanya-tanya apakah bisa kuhadapi segalanya? Apakah aku mampu setara dengan mereka? Belum lagi realita yang tak seindah ekspektasi membawa angan jatuh dan sulit untuk bangkit.
Namun, apakah aku akan tetap diam? Membatu ditempat melihat yang lain pergi menggapai angan mereka sedangkan aku sendirian disini? Rasa takut memang menggerogoti hatiku, tapi apakah itu membuatku tenggelam dalam zona nyaman? Mundur tanpa mencoba melangkah?
Tidak, aku tidak akan melakukan itu! Cukup pikiranku yang beradu, tidak dengan mempertaruhkan masa depanku! Walaupun rasanya mustahil, aku pasti bisa melayang tinggi melebihi ekspektasi! Aku harus bisa melampaui atau bahkan melebihi yang lain! Gagal diwaktu lalu bukan berarti akan membawaku gagal di masa yang akan datang, karena pada akhirnya kegagalan itulah yang menjadi pelajaran bagiku! Melangkah, tanpa henti, menutup mata, menutup telinga dari rasa takut yang membelitku! Aku yakin, aku bisa!
Muara Asa Menjadi Mahasiswa
Karya: Aghnia Lalita (SKPM 59)
Saat kecil, metamorfosa kupu-kupu mengajariku tentang asa. Tentang bagaimana melewati masa dengan segala jerih dan jeritnya. Juga tentang bagaimana penantian hasil membayar segala resah dan gulana. Ah, indahnya lembah bunga kala senja pun tak ada apa-apanya. Namun hari ini, dibatas abu-abu gerbang sumber ilmu, aku bungkam dan terpaku. Seolah duri-duri tertancap menjulang tinggi, dan besi-besi tajam menahanku melangkah lebih barang setapak lagi. Ya, balai megah itu tepat sejauh netraku bisa memandang. Perguruan Tinggi Negeri, ucapku berdesis lemah menatap coretan hitam di atas palang.
Aku kembali melolong tanya. Bukankah telah ku tapaki tetes darah tiap kerikil kata hingga bebatuan ilmu penuh makna? Apakah sejauh perjalanan metamorfosa itu semua sia-sia?! Oh… para bedebah penguasa sudah gila rupanya! Karena ulah mereka, manusia fakir harta sepertiku ini tak dapat berpijak lagi pada tambatan pengetahuan. Apakah ribuan jeritku ini tak berarti? Pekik lantang perjuanganku ini pun tak dihargai? Aku kembali merenung. Terbayang dasawarsa yang penuh pahit kopi menanti.
Mungkin tak hanya aku. Jutaan jiwa pejuang asa pasti meraung gelisah yang sama. Gelisah enggan mengejar ambisi penuh angan. Gelisah enggan menaruh harap pada romantika belaka. Lagi-lagi aku terisak. Bukan dukungan cita, namun biaya semata yang tingginya merobohkan langit-langit tua. Cih, realita bukan? Tapi apa? Kalian semua tutup mata! Aku kembali memekik lantang. Lagi, dan tak pernah berhenti. Ya, residu daya menarik diriku untuk kembali berupaya.
Setinggi lebar jurang pendidikan terbentang di hadapanku. Melebas habis prestisius nama kampus itu. Demi titel mahasiswa hingga tak peduli aku berjibaku. Dan aku tak tau lagi, harus kemana membawa ambisi ini berlari. Apakah kau, kau, dan kau tau?! Atau mungkin detik ini, adalah masa dimana aku harus berhenti, pada muara asa untuk menjadi mahasiswa?
Kepada para mahasiswa KPM yang telah berpatisipasi dalam pengumpulan karya-karya monolog yang begitu rupa indahnya, kami mengucapkan rasa terima kasih yang besar dan tulus. Setiap cerita, kegelisahan, dan juga tantangan yang menjadi keresahan yang kalian alami membawa kita pada pemahaman tentang bagaimana dunia pendidikan. Kegelisahan yang kita rasakan adalah panggilan untuk bertindak, tantangan yang kita hadapi adalah panggung untuk sebuah inovasi, dan suara hati yang kita dengar adalah sebuah kompas yang mengarahkan kita ke arah yang benar. Terima kasih kami ucapkan kepada semua kontributor, pendukung, serta pembaca karya-karya ini. Kami sangat menghargai dedikasi dan kreativitas yang ditanamkan dalam setiap karya, serta kontribusi berharga dalam memperkaya ruang sastra. Semoga karya-karya mahasiswa terus mengalir dan memberikan inspirasi bagi banyak orang!