5/10! Mahasiswa SKPM 61 Nilai Minggu Pertama di Departemen Penuh Culture Shock
5/10! Mahasiswa SKPM 61 Nilai Minggu Pertama di Departemen Penuh Culture Shock
Bagi mahasiswa IPB University, peralihan dari Pendidikan Kompetensi Umum (PKU) ke departemen adalah fase besar yang penuh cerita. Begitu pula yang dialami mahasiswa Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat (SKPM) angkatan 61. Setelah satu tahun menikmati ritme perkuliahan PKU yang relatif santai, mereka kini harus menghadapi kenyataan baru: jadwal padat, tugas menumpuk, hingga adaptasi dengan suasana kelas yang lebih serius.
Di minggu pertama masuk departemen, tidak sedikit mahasiswa yang mengaku kaget. Salah seorang mahasiswa SKPM 61 bahkan menilai pengalamannya masih berada di angka pertengahan.
“Jujur kalau boleh rate, 5/10. Capek banget, masih proses adaptasi dengan jadwal yang padat itu dan tugas-tugas praktikumnya,” ungkap Kirei, salah satu mahasiswa SKPM 61 yang merasa masa departemen lebih melelahkan daripada PKU.
Saat menjalani PKU, banyak mahasiswa terbiasa dengan jadwal kuliah yang renggang. Ada waktu untuk bernafas, berkegiatan, bahkan sekadar beristirahat. Namun menurut Kirei semua itu berubah drastis ketika mereka memasuki departemen.
“Yang tadinya pas PKU senggang jadwalnya, tiba-tiba full banget. Dulu kuliah biasanya mulai siang, sekarang pagi semua. Mana tugasnya banyak dan grupnya juga banyak banget. Aku pusing banget bedain tugasnya yang mana, matkulnya apa,”
Jadwal yang dimulai sejak pagi, ditambah cuaca Bogor yang sering hujan ketika mereka pulang sore, membuat adaptasi semakin menantang. Ada pula cerita kecil seperti harus mencari-cari ruang kelas baru yang sebelumnya belum pernah mereka datangi apalagi harus menjelajahi Gedung FPIK yang cukup membingungkan. Hal sederhana ini justru menambah rasa kikuk sekaligus tantangan tersendiri di minggu pertama.
Narasumber lain yaitu Suktan mengungkapkan jika tidak hanya soal jadwal, mahasiswa juga dihadapkan pada mata kuliah yang lebih “menjurus” ke arah keilmuan SKPM. Jika sebelumnya mereka belajar mata kuliah umum, kini materi terasa lebih spesifik dan penuh praktik. Hal ini membawa antusiasme tersendiri meski tetap disertai rasa lelah.
Salah satu mata kuliah yang paling dinantikan adalah Sosiologi Pedesaan. Menurut Sultan, alasan mata kuliah ini dinantikan karena ia menantikan pengalaman berbeda melalui kegiatan turun lapang gabungan. Bagi mahasiswa, kesempatan untuk langsung terjun ke lapangan menjadi pengalaman yang mendekatkan teori dengan praktik nyata.
Selain itu, ada pula mata kuliah Ekologi Manusia (Ekoman) yang dianggap seru karena metode praktikumnya tidak biasa.
“Menurut aku fun aja sih, karena aku suka nonton dan sekalian analisa karakter di film-filmnya. Di praktikum pertama kita ngereview video, dan di praktikum kedua review film. Jadi berasa belajar sekaligus menikmati hobi,” ungkap seorang mahasiswa dengan antusias.
Kesan lelah dan culture shock yang dialami mahasiswa SKPM 61 mungkin terasa berat di awal. Namun, di balik itu semua, ada semangat baru yang mulai tumbuh. Perubahan ritme kuliah menjadi tantangan yang melatih ketahanan fisik dan mental. Sementara itu, tugas-tugas kelompok yang menumpuk bisa menjadi ruang untuk memperluas jejaring pertemanan serta melatih keterampilan komunikasi.
Minggu pertama di departemen bisa dibilang adalah masa adaptasi paling krusial. Perasaan bingung, lelah, bahkan pusing bercampur dengan rasa penasaran akan pengalaman baru yang menanti di depan. Semua mahasiswa memiliki cara masing-masing untuk bertahan: ada yang mengatakan akan terbiasa melewati hujan sore Bogor karena jadwal kelas ataupun praktikum yang baru selesai disekitar pukul lima sore, ada pula yang menjadikan tugas kelompok sebagai kesempatan mencari teman baru.
Seiring berjalannya waktu, tantangan yang semula dirasa berat kemungkinan akan berubah menjadi cerita seru dengan seribu kenangan. Mahasiswa SKPM 61 kini tengah menapaki jalan panjang untuk menjadi akademisi maupun praktisi yang tangguh di bidang komunikasi dan pengembangan masyarakat.
Di balik culture shock yang mereka alami, tersimpan harapan bahwa setiap kepadatan jadwal dan setiap tugas yang menumpuk akan terbayar dengan pengalaman belajar yang bermakna. Dan mungkin, kelak mereka akan tertawa mengingat masa-masa awal di departemen yang penuh kejutan ini.
Pena Penulis
Penulis: Zera Adinata | Editor: Aning Winarti | Penanggung jawab: Zaffar Nur Hakim
Instagram: himasiera
Naungi Asa, Wujudkan Cita