Heboh Beasiswa KIP-K Salah Sasaran, Begini Tanggapan Mahasiswa KPM

Weekly Updates On KPM

Heboh Beasiswa KIP-K Salah Sasaran, Begini Tanggapan Mahasiswa KPM

Maraknya kasus penyaluran beasiswa KIP-K yang tidak tepat sasaran menimbulkan berbagai asumsi dari mahasiswa. Fasilitas pribadi yang dimiliki oleh beberapa mahasiswa KIP-K menjadi sorotan publik dan banyak menimbulkan penilaian negatif terhadap penerima beasiswa KIP-K. Generalisasi perlahan-lahan mulai diterapkan, apakah faktanya sesuai dengan apa yang ramai dibicarakan?.

Program Kartu Indonesia Pintar Kuliah atau KIP-K  merupakan program yang bertujuan untuk memberikan bantuan biaya pendidikan kepada mahasiswa yang kurang mampu secara finansial untuk mendapatkan pendidikan tinggi yang baik dan berkualitas sehingga dapat meningkatkan pendidikan di Indonesia. Untuk mendapatkan beasiswa KIP-K ini terdapat syarat ketentuan dan rangkaian seleksi yang harus dipenuhi oleh calon penerima, mahasiswa  yang berasal dari keluarga  ekonomi rendah menjadi prioritas penerima beasiswa KIP-K ini. Namun, pada saat ini isu penerima beasiswa KIP-K tidak tepat sasaran dan dengan gaya hidup yang mewah sedang ramai diperbincangkan di berbagai media sosial seperti Twitter (Aplikasi X sekarang) dan TikTok. 

Pada Selasa (30/4/2024) akun X bernama @inversimedia mengunggah sebuah tweet dengan isi “Media sosial dihebohkan dengan pengakuan mahasiswi Semarang penerima KIP-K dengan gaya hidup hedon. Lewat media sosialnya, seorang mahasiswi yang juga selebgram tersebut kerap memamerkan gaya hidup mewah”. Selain itu, tweet serupa pun diunggah oleh akun @Jember_Network pada Kamis (2/5), “Viral! Mahasiswa Universitas Diponegoro penerima dana KIP-K bergaya hidup hedon dan menjadi selebgram ternama”. Hal ini menjadi isu yang sedang hangat diperbincangkan di media sosial, beasiswa yang seharusnya diberikan kepada mahasiswa yang benar-benar membutuhkan, justru diterima oleh mereka yang mampu secara finansial. 

Isu pemberian beasiswa KIP-K yang tidak tepat sasaran tidak hanya merebak di media sosial secara nasional, namun juga ramai diperbincangkan di lingkungan mahasiswa IPB termasuk di lingkungan SKPM. Tidak sedikit cuitan mahasiswa IPB yang menyuarakan keresahannya terkait hal tersebut yang banyak menimbulkan asumsi pro dan kontra dari mahasiswa lainnya. Pada wawancara Selasa (7/5), Novia sebagai mahasiswa KPM penerima beasiswa KIP-K menanggapi kasus-kasus oknum penerima KIP-K yang sedang marak dibicarakan. ia mengungkapkan bahwa penerima KIP-K di IPB masih banyak yang belum tepat sasaran. “Menurut saya, KIP-K di IPB belum cukup tepat sasaran, karena ada mahasiswa yang lebih membutuhkan bantuan dan belum mendapat beasiswa  untuk membantu biaya pendidikannya,” ungkap Novia.

Berbeda dengan Novia, di tengah ungkapan-ungkapan keresahan mahasiswa terkait beasiswa KIP-K yang tidak tepat sasaran, Rizal sebagai mahasiswa KPM justru menyatakan bahwa beasiswa KIP-K di IPB sudah tepat sasaran sejauh yang ia lihat di lingkungan sekitarnya, terutama pada mahasiswa KPM yang interaksinya lebih intens ia jalin selama waktu perkuliahan. Isu tersebut hanya ia saksikan pada beberapa platform media sosial seperti X yang mengungkap identitas beberapa mahasiswa yang sebenarnya tidak ia kenal.  Dalam kesehariannya, Rizal sama sekali belum pernah menemukan fakta secara langsung di lingkungan SKPM terkait adanya isu gaya hidup mahasiswa KIP-K yang berlebihan/tidak sesuai.

Tampaknya, banyak mahasiswa yang memberikan penilaian dan menarik kesimpulan atas dasar tampilan fisik dan fasilitas yang digunakan oleh penerima beasiswa KIP-K. Hal tersebut memang akan selalu dijadikan sebagai standar awal penilaian, karena tampilan fisik fasilitas yang dipakai merupakan satu-satunya yang terlihat langsung sehingga memudahkan seseorang untuk membuat suatu asumsi. Hal ini bersinggungan dengan tanggapan dari Cecilia Syifa sebagai mahasiswa KPM penerima beasiswa KIP-K. Menurutnya, terbentuk pandangan yang beragam dari berbagai pihak terhadap isu ini. Sebagian orang mengatakan bahwa kebanyakan penerima KIP-K terlihat memiliki gaya hidup yang hedonis. Sebaliknya, sebagian lagi merasa heran dan mempertanyakan apakah seorang penerima KIP-K seharusnya memiliki penampilan fisik yang kumuh dan tidak dapat membeli sesuatu sesuai keinginannya.

“Tanpa kita tahu, mungkin saja mereka (penerima KIP-K) membeli barang-barang itu (terlihat mahal) dengan cara menabung atau mencicil,” ungkap Cecilia. Pada dasarnya, suatu penilaian tidak bisa semata-mata muncul berdasarkan satu aspek yang terlihat secara kasat mata. Ada banyak aspek lain dalam kehidupan seseorang yang tidak terlihat dan tidak mudah seseorang ketahui. Pada akhir pembicaraan, Cecilia menjelaskan bahwa tidak bijak rasanya untuk berspekulasi tentang asal-usul sumber keuangan mereka (mahasiswa KIP-K) tanpa pengetahuan dan fakta yang sebenarnya terjadi. 

“Jika memang terlihat ada orang yang berkecukupan tetapi menerima bantuan KIP-K, terdapat unit pelaporan yang tersedia untuk memberikan informasi tanpa perlu berkoar-koar dan tidak menyelesaikan masalah,” tutur Cecilia sebagai penutup dari sesi wawancara. Selaras dengan pernyataan tersebut, Rizal pun mengungkapkan ramainya isu ini harapannya dapat menyadarkan oknum tertentu dari penerima beasiswa KIP-K yang sebenarnya mampu menghidupi perkuliahannya untuk mengundurkan diri. Selain itu, adanya isu ini sebaiknya tidak dijadikan sebagai ajang pem-bully-an. Namun, apa yang sudah terjadi diharapkan meningkatkan keselektifan pihak penyelenggara dalam memilih penerima beasiswanya.

Di sisi lain, Novia menjelaskan bahwa pada dasarnya, setiap orang memiliki perspektif masing-masing terkait penggunaan kata “hedon”. Tidak ada ukuran pasti yang menetapkan standar-standar tertentu. Namun, menurutnya sebagai  penerima beasiswa KIP-K baiknya tetap lowkey (sederhana) dan bijak agar tidak memunculkan pemahaman yang keliru ataupun kecurigaan dari mahasiswa lainnya.

Penulis: Indah Fauziah, Siti Salwa Sta’wanah
Editor: Zaffar Nur Hakim
Penanggung Jawab: Eratri Rizki Hermaliah

Leave your thought here

Your email address will not be published. Required fields are marked *